Bulan Madu di Jepang: Itinerary & Persiapan
Saturday, December 27, 2014Pernah punya pengalaman gagal berlibur ke Jepang di tahun 2012 karena penolakan visa, membuat aku dan Chika semakin penasaran untuk bisa menginjakkan kaki di sana. Karena itulah setelah dinyatakan sah menjadi suami-istri, kami merencanakan untuk bulan madu kesana. Sebetulnya Jepang, khususnya Tokyo bukan tipe tujuan bulan madu yang aku mau. Prefer sih ke tempat yang suasananya santai dan nggak rush, contohnya ke Pulau Koh Samui, Thailand. Tapi menghitung cost yang cukup mahal juga ternyata, dan atas pertimbangan dari Sang istri, maka aku putuskan untuk ngeluarin uang lebih banyak tapi bisa pergi ke tempat yang jauh sekalian. (Chika suka banget naik pesawat ke destinasi yang jauh, jadi bisa berlama-lama di kabin pesawat... hehehe).
Perjalanan kami di Tokyo seluruhnya aku susun sendiri. Aku memang suka untuk memahami betul destinasi liburan sebelum pergi ke sana. Apalagi megapolitan semacam Tokyo ini yang sistem transportasinya bisa sangat membingungkan. Maka berbekal hasil research liburan ke Jepang yang pernah gagal dulu, aku membuka kembali ingatan untuk menyusun itinerary. Total hari efektif kami berada di Jepang adalah 6 hari, 5 malam, dan mostly hanya di kota Tokyo, selain sempet day trip ke Kawasaki, Yokohama, dan Gunung Fuji. Kurang lebih seperti inilah susunan jadwal perjalan kami September 2014 kemarin:
Day 0 - Selasa, 9 Sept '14
- Flight Jakarta-Singapura-Tokyo(Narita)
Day 1 - Rabu, 10 Sept '14
Day 2 - Kamis, 11 Sept '14
Day 3 - Jumat, 12 Sept '14
Day 4 - Sabtu, 13 Sept '14
Day 5 - Minggu, 13 Sept '14
- Fuji Mountain
- Ginza
- Tokyo Tower
Day 6 - Senin, 14 Sept '14
- Asakusa
- Omotesando
- Narita Airport
Mengurus Visa Jepang via Travel Agent
Kalau dulu kami mengurus sendiri visa turis ke kedutaan Jepang, kali ini urusan Visa kami serahkan sepenuhnya kepada biro perjalanan. Pilihan jatuh kepada H.I.S Tour & Travel untuk mengurus visa karena kami melihat bahwa biro ini memang spesialis paket perjalanan ke Jepang. Alasan kedua, lokasinya relatif dekat dan mudah untuk dijangkau dari kantor kami berdua. Saat aku menelfon untuk menanyakan syarat-syarat permohonan visa, konsultan travel mereka yang bernama Lia melayani dengan sangat ramah dan kemudian meminta alamat emailku untuk mengirim list persyaratan serta dokumen-dokumen lainnya yang perlu kami isi. Inilah syarat untuk mebuat visa Jepang via H.I.S Tour & Travel dengan biaya Rp. 575.000/orang :Keterangan:
- Supaya lebih tepercaya, fotokopi bukti keuangan (buku rekening) sebaiknya dilegalisir oleh bank. Minta juga surat pengantar yang menyatakan bahwa kita benar-benar nasabah bank tersebut, dan jumlah saldo di buku tabungan tersebut adalah valid.
- Untuk bukti keuangan sebetulnya tidak pernah ada jumlah saldo minimal yang menjadi syarat mutlak berhasil dikeluarkannya visa. Tapi kalau nanya sana-sini sih setidaknya cukup untuk membiayai seluruh perjalanan kita selama di Jepang. Makanya, untuk form itinerary jangan ditulis yang heboh-heboh. Cukup sampaikan secara garis besar kita mau ke daerah mana per harinya.
- Kalau itinerary belum disusun, bisa minta ke pihak travel untuk membantu mengisinya
- Begitu juga dengan tiket pesawat, karena salah satu syarat adalah bukti pemesanan tiket pesawat, minta kepada pihak travel untuk membuatkan dummy bookingan tiket. Hal ini menghindari kerugian kita kalau ternyata visa ditolak (pengalaman pribadi nih... Hikss)
- Kalau kamu punya paspor elektronik, sejak 1 Desember 2014 kamu udah nggak perlu ngurusin syarat-syarat diatas karena bisa bebas visa ke Jepang. Kunjungi website kedutaan Jepang untuk info lebih lanjut. (Klik disini)
Mid Plaza 1 Building, BS 1st Floor
Jl. Jend Sudirman Kav 10-11, Jakarta 10220
Tel: 021-579 5205, Fax: 021-579 52053
www.his-travel.co.id
Pembelian voucher hotel kami lakukan via website Agoda. Karena waktu itu booking-nya udah agak last minute menunggu visa kami keluar, maka pilihan hotel yang available di tanggal kami berangkat sudah semakin sedikit. Itupun harganya sudah semakin mahal. Syarat utama buat aku pribadi saat menentukan hotel di Tokyo adalah lokasi. Sebisa mungkin hotel harus berada tidak jauh dari stasiun yang dilalui kereta Yamanote Line. Dengan lintasan yang bentuknya melingkari kota Tokyo, Yamanote Line adalah jalur kereta paling penting karena melewati stasiun-stasiun utama di sana. Dengan demikian, ini akan mempermudah interkoneksi dengan moda transportasi lain untuk mencapai daerah-daerah yang tidak dilintasi kereta Yamanote Line.
Setelah menimbang-nimbang dan membandingkan satu dengan lainnya, pilihan hotel jatuh kepada Hotel MyStays Gotanda. Jalan kaki dari stasiun kurang lebih 500 meter, atau sekitar 7 menit. Oh iya, kalau mau nge-check lokasi hotel deket atau tidak dari stasiun, bisa klik tombol "view on map" yang ada di Agoda. Kalau mengacu dari peta rute Yamanote Line diatas, biasanya untuk hotel yang harganya agak miring lokasinya tidak berada di sekitar stasiun besar (yang diblok warna hitam). Daerah Gotanda sendiri menurutku cukup strategis karena dekat kalau mau main ke daerah Shinjuku, Shibuya, Harajuku. Bahkan untuk ke Ueno sekalipun praktis, gak perlu ganti-ganti kereta.
Hotel MyStays Gotanda
2-5-4, Higashigotanda, Shinagawa-ku
Tokyo 141-0022, Japan
+81(0)3-3449-4831
http://www.mystays.com/e/location/gotanda/
www.his-travel.co.id
Transaksi Booking Yang Dilakukan Sebelum Berangkat
Agar supaya nggak banyak waktu terbuang di destinasi tujuan, lebih baik ada beberapa hal yang harus di-booking ataupun di-reserve sebelum berangkat. Salah satu contohnya adalah shuttle bus yang kami gunakan untuk menuju ke Gunung Fuji. Bayangkan saja kalau nekat go-show (baru beli tiket sesampainya disana), terus ternyata busnya udah fully booked kan jadinya batal ke Fuji. Intinya ini semua dilakukan agar itenerary bisa terlaksana dengan sempurna.Hotel
Source: Google Street View - Google Map
Pembelian voucher hotel kami lakukan via website Agoda. Karena waktu itu booking-nya udah agak last minute menunggu visa kami keluar, maka pilihan hotel yang available di tanggal kami berangkat sudah semakin sedikit. Itupun harganya sudah semakin mahal. Syarat utama buat aku pribadi saat menentukan hotel di Tokyo adalah lokasi. Sebisa mungkin hotel harus berada tidak jauh dari stasiun yang dilalui kereta Yamanote Line. Dengan lintasan yang bentuknya melingkari kota Tokyo, Yamanote Line adalah jalur kereta paling penting karena melewati stasiun-stasiun utama di sana. Dengan demikian, ini akan mempermudah interkoneksi dengan moda transportasi lain untuk mencapai daerah-daerah yang tidak dilintasi kereta Yamanote Line.
Setelah menimbang-nimbang dan membandingkan satu dengan lainnya, pilihan hotel jatuh kepada Hotel MyStays Gotanda. Jalan kaki dari stasiun kurang lebih 500 meter, atau sekitar 7 menit. Oh iya, kalau mau nge-check lokasi hotel deket atau tidak dari stasiun, bisa klik tombol "view on map" yang ada di Agoda. Kalau mengacu dari peta rute Yamanote Line diatas, biasanya untuk hotel yang harganya agak miring lokasinya tidak berada di sekitar stasiun besar (yang diblok warna hitam). Daerah Gotanda sendiri menurutku cukup strategis karena dekat kalau mau main ke daerah Shinjuku, Shibuya, Harajuku. Bahkan untuk ke Ueno sekalipun praktis, gak perlu ganti-ganti kereta.
Hotel MyStays Gotanda
2-5-4, Higashigotanda, Shinagawa-ku
Tokyo 141-0022, Japan
+81(0)3-3449-4831
http://www.mystays.com/e/location/gotanda/
Highway Bus ke Gunung Fuji
Source: WikiMedia
Kami kemarin ke Fuji 5th Station ini naik bus dari Shinjuku Highway Terminal dengan membayar 5,400 Yen per orang, pergi-pulang. Untuk booking online dan jadwalnya silakan kunjungi link website ini. Online booking tersebut hanya untuk memesan seat saja, pembayaran dilakukan nanti di tempat (terminal). Sebagai info tambahan, bus yang direct dari Shinjuku ke Fuji 5th Station cuma ada di hari Sabtu, Minggu, dan Hari Libur, serta tidak tersedia di saat musim winter. Untuk info selengkapnya semua ada di website tadi.
Keio Highway Bus Reservation Center
In Japan: 03-5376-2222
International: +81-3-5376-2222
http://highway-buses.jp
Source: globaladvancedcomm.com
Untuk menyewa mobile Wi-Fi ini, transaksi menggunakan Credit Card akan diselesaikan saat online booking melalui website. Kemudian kita tinggal memasukkan detail alamat untuk mengirimkan paket mobile wi-fi ini. Kalau aku kemarin memilih untuk dikirim ke kantor pos yang ada di bandara Narita. Nanti kita tinggal tunjukkan paspor kita ke counter kantor pos, dan bilang ke petugas bahwa ada kiriman dari "Global Advanced Communication". Petugas kemudian akan memberikan sebuah amplop dimana di dalamnya terdapat satu set mobile wi-fi, charger, dan juga amplop balasan untuk kita mengembalikan mobile wi-fi melalui kantor pos itu juga saat akan meninggalkan Jepang. Total harga sewa mobile wi-fi ini selama 6 hari plus ongkir ke bandara Narita adalah 5,790 Yen.
Global Advanced Communication
Phone (JAPAN): +81-3-5413-7395
( 9:00-18:00 Japan Time 365days)
Email:info@globaladvancedcomm.com
http://www.globaladvancedcomm.com/pocketwifi.html
Memilih Penerbangan
Oke, ini adalah hal yang paling esensial untuk menentukan kepergian kita ke Jepang selain visa. Seperti sudah aku ceritakan sebelumnya, kami nggak bisa beli tiket pesawat yang low-cost atau harga promo karena itu biasanya didapat kalau kita booking jauh-jauh hari dari tanggal keberangkatan. Kalau visa belum ditangan, adalah bijak kalau kami nggak kepedean beli tiket (lagi-lagi curhat pengalaman kami dulu... T_T).
Nah kalau sudah begini, jangan tertipu dengan judul 'Low-Cost Carrier' atau maskapai berbiaya rendah. Kalau tanggal keberangkatan sudah dekat, bisa jadi malah lebih mahal, atau beda tipis dengan yang full serviced-airline. Belum lagi harga yang tampil pertama kali belum termasuk bagasi, biaya inilah, itulah, dsb. Kita harus rajin-rajin nge-check perubahan harga dan membandingkan maskapai satu dengan lainnya. Kalau mau praktis, gunakan website Skyscanner.
Mungkin sudah rejekinya pengantin ya. Kami nggak nyangka kalau waktu itu ternyata Singapore Airline punya harga tiket yang termasuk murah (untuk sekelas SQ). Total kami bayar untuk tiket pergi pulang, berdua, adalah USD 1,298. Walaupun masih lebih mahal dari Low-Cost Carrier semacam Air Asia, tapi dengan jam penerbangan yang lebih ideal kami jadi nggak rugi hotel satu malem (Flight AirAsia tiba di Tokyo lewat tengah malam). Terlebih lagi naik SQ sudah termasuk makan, bagasi, in-flight entertainment, transit di bandara Changi yang jelas lebih banyak hal yang bisa dilakukan dibanding di KLIA-2, itu semua tentu menjadikan nilai lebih. Apalagi ini impian kami banget bisa naik maskapai yang brand-nya sedemikan kuat dan memang terkenal memiliki pelayanan yang sangat baik. Dann... kalau aku pribadi yang lumayan ngikutin perkembangan model pesawat, akhirnya kesampaian bisa naik Airbus A380 untuk pertama kalinya! Kyaaaa.... Kawaaiiii-ne???


Kemudian pertanyaan yang sering diajukan orang yang mau ke Tokyo adalah bandaranya. Pilih Haneda atau Narita? Well, menurutku itu nggak jadi soal. Itu semua tergantung maskapai yang kita pilih dia landing dimana. Tapi kalau dari jarak ke kota Tokyo, Haneda memang lebih dekat. Dan itu berarti kereta bandara-nya juga lebih murah. Sementara kami kemarin landing di Narita, kereta bandara Narita Express yang membawa kami ke pusat kota Tokyo itu tarifnya kalau di-kurs sekitar 300 ribu Rupiah. Mahal yakkk!!! Tapi tenang, ada pilihan kereta yang lain juga kok yaitu kereta lokal istilahnya. Itu ya kaya kereta KRL di Jakarta aja, nggak ada nomor tempat duduk alias rebutan. Dan kalau penuh bisa berdiri gelantungan juga sambil nenteng koper. Hehehe...
Sekian dulu untuk postingan pertama, mudah-mudahan bisa membantu kamu-kamu yang mau menyusun itinerary ke Jepang khususnya Tokyo, baik untuk traveling aja atau honeymoon juga. Kalau ada hal yang mau ditanyakan silahkan drop some lines di kolom comment di bawah. Or bisa juga via media sosialku, twitter/ instagram: @novandito. Thanks for visiting my blog!
0 comments