Bulan Madu di Jepang, Hari ke-4: Harajuku, Shibuya, & Shimo-Kitazawa
Wednesday, January 06, 2016Setibanya kami di Tokyo dari kota Yokohama kemarin, badan kami terasa sangat lelah. Maka ada baiknya hari ini kami memulai trip sedikit lebih siang dibandingkan hari-hari sebelumnya. Untuk sarapan, kami sudah menyiapkannya semalam dengan membeli Bento siap saji dan Onigiri di minimarket Newdays, Stasiun Tokyo. Beruntung di kamar hotel kami tersedia kulkas dan Microwave, sehingga memudahkan keperluan menyimpan dan memanaskan makanan.
Jadwal kami hari ini adalah mengunjungi beberapa distrik
terpopuler di kalangan turis yang berkunjung ke Tokyo. Ke mana lagi kalau bukan
Shibuya & Harajuku. Kebetulan memang kami juga sudah memiliki janji untuk
bertemu di Shibuya dengan kawan baik dari Tanteku, Tante Milly—yaitu Tante Arinta dan
suaminya, Oom JP, yang memang pada waktu itu menetap di kota Tokyo. Singkat
cerita pada tahun 2012, aku dan Chika pernah gagal pergi ke Tokyo karena Visa
kami ditolak. Rencananya waktu itu kami akan menginap di apartemen Tante Arinta
dan Oom JP ini selama di Tokyo. Maka saat kami akhirnya berhasil menginjakkan kaki di sana,
kami menyempatkan diri untuk bertemu mereka. Satu distrik lagi yang
juga aku ingin datangi di hari ini adalah Shimo-Kitazawa, daerah tempat
berkumpulnya anak-anak 'hipster' Tokyo yang terkenal fashionable dan trendy.
Menuju Harajuku
Tanpa direncanakan, kami waktu itu ternyata keluar dari
stasiun melalui pintu keluar Selatan yang mengarah ke jalan Omotesando Dori.
Namun justru pintu keluar Selatan inilah yang memang menjadi salah satu ikon Harajuku. Bangunan stasiun yang dibuat pada tahun 1924 ini, memiliki arsitektur
berciri Inggris yang keseluruhan fasadnya terbuat dari kayu. Hal ini menjadikannya
terlihat sangat serasi dengan pepohonan di belakangnya yang merupakan bagian
taman dari kuil Meiji Jingu.
Sebetulnya daya tarik utama Harajuku terletak di jalan
Takeshita Dori dan juga jalan-jalan kecil di sekitarnya dimana terdapat deretan
trendy shops, fashion boutiques, toko baju secondhand, kedai Crepe dan juga gerai
restoran cepat saji. Ada juga toko Daiso yang sangat ideal untuk Anda membeli
oleh-oleh untuk rekan dan keluarga di tanah air, karena harga barang di toko
ini cukup terjangkau. Namun karena aksesnya lebih dekat dari
pintu keluar Utara Stasiun Harajuku, maka kami menjadikan Takeshita Dori
sebagai tempat terakhir yang kami kunjungi di Harajuku sambil menuju kembali ke
stasiun.
Dengan deretan branded fashion boutique, sidewalk yang mulus dan lebar, serta pohon-pohon besar yang rindang, jalan Omotesando Dori ini
mengingatkanku kepada Orchard Road di Singapura. Bahkan banyak orang yang
menyebutnya sebagai ‘Tokyo’s Champs-Elyseés’. Saat itu di sebuah sudut jalan,
tepatnya di depan toko Lacoste Live! sedang ada temporary bazaar yang menjual
pakaian Kimono dan Yukata secondhand. Sempat terfikir untuk membeli, karena
harganya yang relatif terjangkau dan motifnya yang bagus-bagus. Tapi kalau
dipikir-pikir di Indonesia mau dipakai kemana ya baju semacam itu. Hehehe… Tapi
berbeda lagi dengan Chika yang beruntung bisa membawa pulang sebuah outer unik
yang sepintas nampak seperti Kimono.
Tibalah waktu makan siang. Selama di Jepang memang kami hampir selalu memilih restoran siap saji karena sudah jelas range harganya. Meskipun
demikian, fast food yang kami pilih tentu adalah fast food asli dari Jepang,
bukan resto Amrik semacam KFC atau McDonalds ya. Adalah Ten-Ya, resto siap saji
yang menyajikan Tempura Don, yaitu berbagai macam varian Tempura di atas
semangkuk nasi, yang menjadi tempat pilihan kami untuk makan siang. Di
Indonesia, khususnya Jakarta, juga sudah ada lho cabang Ten-Ya ini.
Tendon Tenya Harajuku
Harajuku TK Building, 4-31 Jingumae, Shibuya-ku, Tokyo
Phone: +81 3-5474-1618
Hours: 11:00 to 23:00
Costs for two person: ¥1000 ~ 1600
Takeshita Street
Jangan sampai terlewat untuk mencoba Japanese Crepes yang
dijual oleh gerai Crepes Santa Monica. Makanan asal Perancis ini memang cukup
populer di kalangan anak muda di Jepang, sehingga kemudian beradaptasi dan
memiliki gayanya sendiri yang sedikit berbeda dari versi aslinya. Salah satu
menu andalannya adalah Crepes dengan topping es krim Green Tea atau juga dengan
isian Cheesecake. Menyusuri jalan Takeshita Dori dari arah Barat, perjalanan
kita berakhir di ujung jalan yang persis berada di seberang pintu keluar Utara
stasiun Harajuku.
Santa Monica Crepes
Takeshita-dori, 1 Chome-16-168 Jingumae, Shibuya, Tokyo 150-0001
Phone: +81 3-6804-5139
Hours: 10:00 to 21:30
Costs for two person: ¥1000 ~ 1200
Bertemu Tante Arinta dan Oom JP di Shibuya
Dengan kembali menaiki kereta Yamanote Line (¥140), berikutnya kami
segera menuju ke Shibuya untuk bertemu dengan Tante Arinta dan Oom JP dengan
meeting point di area sekitar Patung Hachiko. Tidak perlu kesulitan mencari tempat ini
karena untuk keluar dari stasiun Shibuya sudah ada petunjuk arah yang
bertuliskan “Hachiko Exit”. Dan sekeluarnya dari stasiun Shibuya, area sekitar Patung Hachiko ini adalah area yang paling dipadati pengunjung.
Walaupun antriannya saat itu cukup panjang, tapi hal itu
tidak mengurangi keinginan kita untuk berfoto di depan Patung Hachiko yang
sangat ikonik tersebut. Tak lama kemudian, sapaan hangat dari Tante Arinta dan
Oom JP pun terdengar sangat kontras di antara riuhnya percakapan muda-mudi
Tokyo yang akan menghabiskan Malam Minggu-nya di Shibuya.
Kami kemudian mencari tempat untuk bisa ngopi-ngopi dan
ngobrol santai. Spot yang paling diburu orang untuk nongkrong di Shibuya
sebetulnya adalah di Starbucks Coffee. Karena dari tempat ini, pengunjung bisa
melihat dengan leluasa lalu-lalang orang yang menyeberangi Shibuya Crossing,
persimpangan tersibuk yang sekaligus menjadikannya paling tersohor di dunia.
Tapi karena itulah Starbucks di Shibuya ini selalu full house. Namun karena
Tante Arinta dan Oom JP pada waktu itu akan pergi ke Gereja seusai bertemu
dengan kami, maka kami kemudian memilih untuk nongkrong dan ngobrol di Excelsior Caffe di dalam mall Shibuya Mark City yang tidak perlu berlama-lama antri dan suasananya tidak terlalu
crowded.
Excelsior Caffe
Shibuya Mark City, Restaurants Avenue 4F,
1 Chome-12-5 Dogenzaka, Shibuya-ku, Tokyo 150-0043
Phone: +81 3-5428-5460
Hours: 07:00 to 23:00
Costs for two person: ¥1500 ~ 2500
Tenggelam di Sibuknya Shibuya
Pada malam itu, di satu sisi jalan dekat pusat perbelanjaan
Shibuya 109 Men's, sedang ada sebuah parade kecil yang berisi barisan orang-orang
berpakaian tradisional Jepang. Mereka menari, bernyanyi, memainkan alat musik
tradisonal, dan juga menggotong lampion raksasa berbentuk figur manusia dan
naga. Sebuah pemandangan yang cukup kontras untuk Shibuya yang sangat trendy
dan moderen. Selanjutnya kami menghabiskan banyak waktu di Shibuya ini untuk
cuci mata dari satu department store ke department store yang lain.
Shimo-Kitazawa, Tak Sesuai Ekspektasi Kita
Untuk menuju ke Stasiun Shimo-Kitazawa dari Stasiun Shibuya Keio (stasiun ini berbeda dengan stasiun kereta JR Yamanote),
kami menggunakan kereta Keio Inakashira Line (¥130), dengan waktu tempuh hanya sekitar 10 menit.
Sepertinya saat kami ke sana, daerah Shimo-Kitazawa ini sedang mengalami
pemugaran yang cukup major. Bahkan bangunan stasiunnya juga sedang direnovasi.
Berbeda dengan distrik-distrik di pusat kota Tokyo yang ramai dan sibuk,
suasana di Shimo-Kitazawa lebih tenang dan sunyi. Jalanannya yang kecil dan
terdiri dari banyak gang-gang sempit, membuat orang-orang di situ lebih banyak
berjalan kaki dan menggunakan sepeda untuk bepergian. Itulah mengapa, menurutku
Shimo-Kitazawa ini memiliki nuansa Jepang yang otentik walaupun bangunannya
sudah moderen.
Dari banyak referensi yang aku baca sebelum mengunjungi
Shimo-Kitazawa, sepertinya daerah ini sangat seru sekali. Banyak anak-anak
‘hipster’ yang nongkrong di sana-sini, kemudian banyak penjual vintage
clothing, street performer dan lain sebagainya. Tapi hal-hal tersebut tidak
kami temui malam itu. Dugaanku mungkin Shimo-Kitazawa hanya ramai di siang
hari. Akhirnya kami hanya berkeliling sebentar, masuk ke beberapa toko pakaian,
lalu makan malam. Kali ini kami makan lagi di Coco Ichibanya Curry. Sepertinya memang
inilah restoran favorit kami selama di Jepang.
Setelah usai makan malam, kami kembali pulang ke Hotel. Kami
harus cukup istirahat karena esok pagi-pagi sekali kami harus ke Shinjuku untuk
naik bus yang akan membawa kami ke Gunung Fuji. So, nantikan tulisan
berikutnya: "Bulan Madu di Jepang, Hari ke-5: Minggu Pagi di Gunung Fuji"! Dan berikut total pengeluaran kami per orang di hari ini:
0 comments